Senin, 14 Juni 2010

~+~Eternal~+~ [ 32 ]

Chapter 32 [ Hair Style ]

“Brensen!! Rambutmu jeleeeeeeek!!” Tiba-tiba aku meneriakan hal itu didepannya.
“Ganti rambutmu pa!!!” NyoNyoNyo juga berteriak padanya.
“A…rambutku memang jelek… jadi kalian mau apa?” Dia kelihatan pasrah.
“Sekarang sudah lebih baik sih… warnanya sudah jadi merah, tapi tetap saja model rambutmu itu jelek!” Aku meneriakan hal itu sambil membunuh seekor Cinnamon yang sedang lewat didepan kami.
“Model apa yang bagus kalau begitu? Skill ini sampah Iori, jangan dipelajari!” Dia sedang mempraktekan Horizontal Slash yang aku ingin pelajari.
“Aku tidak peduli! Kelihatannya keren! Ganti dengan model old school atau long!” Aku terus memintanya untuk mempraktekan skill itu lagi.
“Iya! Aku pernah melihat ada laki-laki yang model rambutnya seperti itu! Keren loh!!” NyoNyoNyo menaiki Rideable Crawler yang lamban.
“Hahaha… jadi aku harus ganti dengan yang mana?” Dia mempraktekan skill tersebut lagi dan lagi saat aku memintanya.
“Coba old school dulu pa~ nanti kalau jelek aku kasih hair loss treatment! Jadi langsung jadi long~”
“Benar juga ya… baiklah akan ku coba sekarang.” Dia langsung memakai space time key untuk kembali ke Uptown.
“Kira-kira hasilnya bagus tidak ya Iori-chan?”
“Hahahahaha, model rambut old school memang bagus, tapi belum tentu cocok dengannya. Tapi kamu kan ada hair loss treatment, jadi nanti langsung pakai itu saja~”
“Benar juga ya~ hihihi.”
Beberapa menit kemudian, Brensen meminta kami untuk menunggunya di Downtown. Kami sudah siap disana dan menunggunya.
“Hasilnya… culun!!!” Dia berteriak pada kami.
“Hahahaha, iya kurang cocok~” aku menertawakannya.
“Hihihi, jadi mau pakai hair loss treatment pa?” Tanya NyoNyoNyo sambil memegang sebuah botol yang berisi cairan berwarna orange.
“Boleh…” dia mengambil benda itu dan langsung menuangkan semuanya keatas rambut merahnya. Dan dalam sekejap, rambutnya langsung memanjang dan dia kelihatan cocok sekali dengan rambut itu.
“Wo…wow! Cocok!!” Aku menepuk punggungnya, ‘dan rasanya aku pernah melihat orang yang mirip dengannya…’
“Pakai cat rambut warna hitam pa!! Pasti makin keren!”
“…Baiklah… aku cari dulu, cat rambut hitam kan langka dan harganya mahal…” diapun pergi meninggalkan kami berdua.

~+~Eternal~+~ [ 31 ]

Chapter 31 [ Happiness ]

Emeth merawat Iori, dia memainkan gitarnya dan terus memperhatikan wajah Iori yang tertidur. Brensen ada disana juga, tetapi dia hanya bisa membawakan makanan untuk mereka berdua.
“Bagaimana keadaannya?” Tanya Brensen.
“Dia baik-baik saja, hanya sedikit kecapekan… kurasa kita tidak perlu terlalu khawatir…”
“…Baguslah kalau begitu… ini apricot untuknya, kalau dia sadar saat aku tidak ada, tolong berikan padanya.”
“Iya, aku tahu… istirahatlah disini Bren, aku yakin dia akan segera sadar.” Emeth menepuk punggung Brensen dan melanjutkan permainan gitarnya yang indah.
“…Baiklah…” Brensen menyerah dan beristirahat disofa coklat milik Emeth.
“Ukh…” sesuai dengan dugaan Emeth, Iori bangun dari tidurnya.
“Benarkan? Kau tidak apa-apa Iori?” Emeth langsung mendekatinya dan mengukur suhu badannya dengan menyentuh keningnya.
“Tidak apa-apa… ukh… hanya agak pusing… maaf merepotkan,” Iori berusaha bangun dan duduk diatas kasur. Emeth langsung menawarkan apricot yang tadi dibawakan Brensen pada Iori.
“Ini, Brensen yang membawakannya. Makanlah, buah baik untuk kesehatan…” dia terseyum pada Iori sambil menawarkan apricot.
“Oh… terima kasih, aku suka sekali buah-buahan…” tanpa sadar Iori terseyum bahagia sambil memakan apricot itu.
“…Kalau kau mau, aku juga punya beberapa buah jeruk…” Brensen bangun dan duduk disebelah Emeth, disamping kasur tempat Iori duduk.
“Mau! Jeruk kesukaanku!!” Iori langsung bersemangat dan mengambil jeruk yang ada ditangan Brensen.
“Aku akan pergi, kalian bisa mengobrol disini…” Emeth meninggalkan mereka berdua dirumah jamurnya, dan pergi kehalaman Airshipnya.
“Aku harus segera mencari gadis itu… Miraur tidak boleh mengusiknya lagi…” Emeth menghubungi beberapa orang dan menanyakan, “apakah kalian pernah melihat seorang gadis Emil, berambut pendek, sebagian rambut depannya diikat, dan warna rambutnya ungu?” tidak banyak yang bisa memberi jawaban yang memuaskan padanya, tetapi dia menyelidiki apa saja yang memungkinkan tentang keberadaan gadis itu.
Didalam rumah Emeth, Iori dan Brensen masih mengobrol dengan seru tentang job mereka.
“Aku ingin sekali cepat-cepat bisa memakai wargod full armor… armor itu keren sekali!” Iori mengucapkannya dengan semangat sambil memakan jeruknya.
“Huak huak, kalau kamu mau, saat kamu sudah bisa memakainya, aku akan membelikannya untukmu.”
“E…eh!? Benarkah!? Kamu yakin!? Apa benar tidak apa-apa?” Iori sangat kaget hingga menjatuhkan jeruknya.
“Iya, itu tidak terlalu mahal kok… mau?” Brensen seperti sudah mengenal sifat Iori yang tidak suka merepotkan orang lain.
“…Ukh… bagaimana ya… aku mau sih… tapi tidak yakin kalau aku akan mampu membelinya sendiri…”
“Huak huak, makanya, biar aku yang beli. Anggap saja hadiah untukmu karena sudah berhasil menjadi seorang Blademaster.” Brensen masih terus membujuk Iori. Akhirnya Iori menghela nafas dan menerima tawarannya.

Jumat, 04 Juni 2010

~+~Eternal~+~ [ 30 ]

Chapter 30 [ Dejavu ]

Brensen memanggil Emeth untuk datang ke Upper Iron City. Emeth langsung datang dan memarkirkan Airshipnya di belakang café. Brensen naik keatas Airshipnya dan memasuki rumah jamur Emeth.
“Ada Bren? Apa terjadi sesuatu lagi?” Emeth sedang memakai topi jeraminya.
“Miraur itu… dia melakukannya! Kau harus segera menemukan adiknya!!” Brensen mendesak Emeth.
“Apa maksudmu!? Tidak mungkin… dia bergerak secepat itu… kurang ajar!”
“Simpan benda ini Emeth,” dia menyerahkan bola ungu kemerahan itu pada Emeth, dan Emeth langsung menyimpannya didalam lemarinya dengan hati-hati.
Tanpa diketahui mereka Iori saat ini sedang memanjat tali Airship milik Emeth. Dia memanjat naik karena membaca papan yang terikat ditali Airship itu tertulis “Emeth’s Airship” dan dia merasa pernah mendengar nama itu.
“Tunggu, Bren, ada yang datang… siapkan dirimu, mungkin mereka yang datang…” Emeth memperingati Brensen.
“Baik…” dengan sigap, Brensen langsung mengeluarkan Chain Swordnya yang mirip dengan gergaji itu. Mereka keluar dari rumah jamur itu dengan perlahan dan hati-hati, sesampainya mereka dihalaman, “Iori!?” teriak Brensen karena kaget melihat gadis itu sedang meneliti setir Airship Emeth.
“A…aku… maaf kalau aku masuk seenaknya tapi…”
“…Tidak apa-apa, sejak kapan kau ada di Airshipku?” Tanya Emeth yang sebenarnya khawatir kalau apa yang mereka diskusikan tadi didengar oleh Iori.
“Baru tadi, tenang saja, aku tidak menguping kok…” Iori merasa bersalah karena sudah memasuki Airship milik orang lain seenaknya. Dan tiba-tiba terlintas perasaan aneh dihatinya, ‘aku pernah merasakan ini… aku pernah mengalami kejadian seperti ini… ini… seperti… dejavu…’ pandangannya mulai kabur, merasa pusing dan dia tidak bisa menjaga keseimbangannya lagi. Melihat hal itu Emeth dan Brensen langsung mendekatinya secepat yang mereka bisa. Dalam hal ini Brensen lebih cepat, karena dia memakai skill bernama Sonic Movement. Dalam sekejap dia sudah menahan tubuh Iori agar tidak terjatuh.
“Ka…” sebelum pingsan, Iori mengucapkan kata yang tidak berhasil dia selsaikan itu dengan lemah dan suara yang kecil. Emeth dan Brensen saling bertukar pandang dengan panik dan khawatir.

~+~Eternal~+~ [ 29 ]

Chapter 29 [ Long Dream ]

Dominion itu terus berlari hingga akhirnya bertemu dengan gadis itu. Gadis itu sedang memukul pohon yang tumbuh disekitarnya hingga menjatuhkan orange.
“Yay~ jeruk segar~” gadis itu memungutnya dan tersenyum bahagia.
“Hei, kau tidak perlu segitunya kan hanya karena jeruk?” Dominion itu mendekat dan mengacak-acak rambut gadis itu.
“Ehehehe~ tapi aku suka sekali buah-buahan, tidak seperti kau yang aneh dan tidak memiliki ekspresi lain!” dia menjejalkan sepotong sandwich yang dia keluarkan dari tasnya.
“…Terima kasih… aku suka ini…” Dominion itu memakannya dengan senang hati.
“Baguslah kalau begitu~ kakak bilang dia sering melihatmu memakan sandwich kalau sedang melakukan ekspedisi dengannya. Dan dia juga bilang kalau kau sering meminum mix juice~” gadis itu mengeluarkan sesuatu lagi dari tasnya, kali ini segelas jus berwarna keunguan, mix juice. Si Dominion mengambilnya dan meminumnya juga.
“Ya, aku memang suka dua benda ini. Ini… buatanmu?”
“Mana mungkin buatanku!? Aku kan tidak bisa memasak, sadarlah … aku ini Druid seperti kakak!!” dia menepuk kedua pipi pria itu. Dan seperti biasa, nama pria itu tidak terdengar olehku.
“Hahaha, benar juga, aku sampai lupa…” pria itu tertawa dan mengacak-acak lagi rambut gadis itu.
“Ukh… aku benci rambutku diacak-acak olehmu!!” gadis itu menepis tangan pria itu dengan pipi yang bersemu merah.
“Iori!! Iori bangun!!” aku mendengar suara Brensen, dia membangunkanku dengan kasar. Kali ini aku tertidur di Café yang terletak pada Upper Iron City.
“Ukh… kenapa membangunkanku? Mimpiku sedang seru-serunya…” aku mengucek mataku pelan-pelan.
“Katakan padaku, apa saja yang kau lihat dan dengar dalam mimpimu!! Cepat!” dia duduk dikursi seberangku dan kelihatan sangat panik. Karena tidak mau membuatnya semakin panik, akupun menceritakan semuanya padanya. Aku bahkan memberitahunya kalau aku tidak pernah berhasil mendengar nama mereka. Wajahnya langsung memucat, dia kelihatan semakin panik, dan mendesakku untuk menceritakan kenapa aku bisa tertidur disini.
“Ya, tentu saja aku tertidur karena merasa lelah… tapi… sebelumnya aku bertemu dengan seorang pria berambut hitam dan bermata sipit, dan sepertinya aku pernah bertemu dengannya di North… dan dia memberikan benda ini padaku, entah kenapa aku tidak bisa menolaknya…” aku menunjukkan sebuah bolah berwarna ungu kemerahan yang menarik itu padanya. Dia langsung merebutnya, “kau tidak boleh menyentuh benda ini!! Lain kali kalau ada yang menawarkan ini lagi, tolak dan langsung kabur! Atau kalau kau mau, kau bisa memanggilku dengan kartu ‘R’ itu!!”
“Ukh… memangnya apa hubungannya benda itu dengan mimpiku?”
“Tidak ada, bukan hal yang penting.” Dia bukan pembohong yang ahli, aku bisa melihatnya berkeringat saat mengatakan itu, “sekarang aku pergi dulu, ingat kata-kataku tadi ya!”
“Huh! Iya-iya!! Sana cepat pergi! Bawel!” aku mengusirnya dan dia langsung masuk kedalam portal keluar dari café.

~+~Eternal~+~ [ 28 ]

Chapter 28 [ Lost Memory ]

“Hei! Jangan lari! Tunggu!” pria yang mirip dengan Emeth sedang mengejar seseorang, seorang gadis, gadis Titania yang beberapa kali muncul dalam mimpiku. Gadis itu terus berlari dan tertawa dengan bahagia.
“Ayo kejar aku kalau bisa kakak~” dia berlari kebelakang, menghadap si Titania yang mirip dengan Emeth.
“Kalau lari lihat kedepan…” Dominion yang juga pernah muncul dalam mimpiku, ditabrak oleh gadis itu. Gadis itu hampir jatuh, tetapi pria itu menahannya.
“Ukh… berisik! Aku kan cuma main-main sama kakak!” gadis itu melepaskan diri dari pria itu dan terbang kearah kakaknya.
“Aduh… jangan bertengkar lagi, aku capek mendengar kalian berdebat tiap hari…” meskipun begitu, kelihatannya pria Titania itu senang dengan pertengkaran antara adiknya dengan si Dominion.
“Huh! Aku mau memetik jeruk lagi!” gadis itu menjauh dari mereka. Si Dominion terus memperhatikan gadis itu sampai dia menghilang dari pandangannya. Pria Titania yang mirip Emeth itu tersenyum melihat hal itu, “adikku kadang-kadang manis juga.”
“Haha… kau memuji adikmu sendiri?”
“Bukan, hanya mengucapkan apa yang kau pikirkan.” Pria itu dengan santai membuka sebuah buku usang dengan hati-hati.
“…Aku tidak berpikir seperti itu… ada perkembangan?”
“Sayang sekali, belum ada perkembangan. Kau tahu, mungkin mulutmu bisa menipuku, tapi matamu tidak, teman.”
“…Haha… ya… sedikit manis, tapi bukan berarti aku menyukainya, yah… aku hanya berpikir kalau dia tidak seperti gadis-gadis pada umumnya…” Dominion itu menggaruk pipinya yang tanpa disadarinya telah bersemu merah.
“Hahahaha, iya-iya, terserah kau saja.”
“Dasar aneh… apa ada yang ingin kau bicarakan lagi?” Dominion itu terlihat gelisah dan sepertinya terus melihat kearah menghilangnya gadis Titania itu.
“Ya, aku tahu kau mau kesana kan? Pergilah dan taklukan dia kalau kau bisa, hahahaha,” pria itu mendorong si Dominion pergi.
“Terima kasih … …” si Dominion pergi meninggalkan Titania itu sendirian, dan sekali lagi, aku tidak bisa mendengar namanya. ‘Aku yakin dia pasti menyebut nama pria itu! Tapi kenapa aku tidak bisa mendengarnya!?’

Sabtu, 29 Mei 2010

~+~Eternal~+~ [ 27 ]

Chapter 27 [ Hode? ]

Setelah tebasan ketiga, akhirnya aku berhasil mengenainya. Semangatku langsung pulih dan aku terus melancarkan serangan yang mematikan sampai dia benar-benar mati.
“Fiuh… akhirnya… ternyata benar juga yang dikatakan Anne… Jangan-jangan makhluk ini mempelajari avoid mastery…” aku menghapus keringatku sambil mengatakan dengan kartu “R” itu.
“Ahahahaha, dia avoid mastery, aku hode mastery~” Annelies menertawakanku.
“Ho…hode?” aku bingung dan tidak mengerti apa yang dimaksud olehnya.
“Hode itu laki-laki yang terjebak dalam wujud perempuan karena kemauan mereka sendiri.” Jiro menjelaskannya padaku.
“E…eh!? Jadi… Iori belum tahu!?” Popurin kedengaran sangat kaget dan bingung.
“A…aku tidak tahu… haha… jadi, Anne bukan… perempuan?” aku bingung dan berusaha menenangkan diri, rasanya kenyataan ini terlalu… tidak sesuai. ‘Mana mungkin gadis semanis Anne sebenarnya adalah… laki-laki?’
“Hmm? Aku perempuan kok,” jawabnya, “setidaknya raga perempuan, jiwa laki-laki, hahahahaha,” dia menertawakanku.
“A…aku tidak percaya, padahal Anne manis sekali…”
“Ya, sebenarnya aku bingung, yang hode itu Iori atau Anne ya, hahahahaha,” Zhaoyun menertawakanku juga.
“Enak saja! Aku benar-benar perempuan kok!!”
“Huak huak, dia perempuan kok.” Akhirnya Brensen mengeluarkan suara.
“Hoo… kalau kakak Bren yang mengatakannya, pasti itu benar!” Popurin membela Brensen.
“Oh… jadi kalau Brensen yang bilang pasti benar, sedangkan aku tidak meyakinkan?” aku sengaja memojokan Popurin, ‘iseng sedikit sepertinya menarik…
“Bu…bukan begitu Iori… tapi…” Popurin merasa bersalah.
“Sudah-sudah, jangan membuatnya menangis,” Zhaoyun membela Popurin, sepertinya dia ingin merayunya. “Sebagai gantinya, mau ngintip celana dalam Popurin dong…”
‘Sudah kuduga!’
“Tidak mau!! Enak saja!” Popurin menolaknya dengan tegas.
“Kakak Yun playboy porno…” aku langsung mengutarakan apa yang kupikirkan, dan semuanya langsung tertawa.

~+~Eternal~+~ [ 26 ]

Chapter 26 [The Meeting 5th ]

“Merciless Blow!!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang gadis yang membuatku tersadar. Aku membuka mataku dan melihat Emil yang memakai kemeja putih dengan sebuah apron berwarna pink diatasnya, rambutnya berwarna silver dan pendek, bagian poninya agak berantakan dan ada jambulan dikepalanya. Dia tersenyum padaku dan menyodorkan tangannya padaku.
“Maaf kalau aku menyampah monstermu, tapi aku lihat sepertinya kau butuh bantuan…”
“Tidak apa-apa, terima kasih telah membantuku… kalau kau tidak datang, mungkin aku sudah mati…” aku menyambut tangannya.
“Ehehehe~ baguslah kalau kau tidak merasa terganggu, aku pergi dulu ya~” dia langsung lari dan menghilang dari pandangan.
“He…hei! Tunggu! Siapa namamu!?” aku berusaha mengejarnya, tapi dia sudah menghilang.
Aku tidak mengejarnya lagi, dan melanjutkan perjalananku ke Iron Volcano. Kudengar disana adalah tempat yang aman, yang ada disini hanya monster-monster yang tidak agresif. Asalkan tidak naik keatas Volcano, kau akan aman. Monster yang tidak agresif itu bernama Cinnamon dan Kangkang.
“Hati-hati ya Iori, Cinnamon itu memiliki avoid yang sangat tinggi,” Annelies mengkhawatirkanku.
“Tidak apa-apa Anne, aku bisa kok.”
“Iori pasti bisa! Berjuang ya~” Popurin menyemangatiku.
‘Aku jadi merasa seperti mau diantar kepeperangan…’ pikirku begitu melihat reaksi mereka. Di Ring kami, memang levelku yang paling kecil, aku merasa paling lemah disini, tapi mereka tidak pernah meremehkanku. Brensen sudah mulai ikut dalam pembicaraan kami, meskipun sedikit, tapi aku senang dia sudah mulai bersahabat dengan yang lainnya. Kalau dia tidak betah dengan Ring kami, aku pasti merasa bersalah, seperti saat NyoNyoNyo keluar, aku akan merasa seperti menjerumuskan orang kedalam jurang.
‘Baiklah! Ini saatnya untuk mencoba membunuh satu saja dari monster-monster itu! Pertama mulai dari… Ah! Kangkang!’ aku memutuskan untuk melawan Kangkang. Pertama aku menebasnya dengan tebasan biasa, bukan menggunakan skill.
Namun ternyata Kangkang itu sangat menyusahkan. Damage yang berhasil aku berikan padanya hanya sedikit, itu hanya mengurangi sedikit bagian darahnya! Aku kaget melihat hal itu dan langsung menggunakan skill, “Quick Slash Combo 1!!” aku menebas makhluk itu dengan sekuat tenaga. Dan akhirnya setelah beberapa tebasan, aku berhasil membunuhnya.
‘Susah juga, tapi justru itu yang menarik! Nah, sekarang saatnya melawan Cinnamon itu!’ aku langsung menebas makhluk yang menggemaskan itu. Tebasan pertama berhasil dihindari oleh makhluk itu. Meskipun kini makhluk itu melawan, tapi aku tidak menyerah dan langsung melancarkan serangan kedua lagi.
“Masih miss juga!? Apa-apaan makhluk ini!?” tanpa sadar aku berteriak pada monster itu, dan dia terus menyerangku hingga HPku terkuras setengah. Aku takut kalau Cinnamon itu berhasil membunuhku, tapi aku tidak boleh menyerah dan harus melawan.